Rekomendasi Film Inspiratif dan Sedih Thailand, The Billionaire
INFO FILM
Judul : The Billionaire
Pemeran : Pachara Chirathivat sebagai
Top Ittipat, Walanlak Kumsuwan sebagai Lin, Somboonsuk Niyomsiri sebagai Paman,
Durasi Film : 2 jam 11 Menit
Tanggal Rilis : 20 Oktober 2011 (Thailand)
Sutradara : Songyos Sugmakanan
Nominasi (2012) : Thailand National
Film Association Award untuk Best Supporting Actor (Somboonsuk Niyomsiri),
Thailand National Film Association Award untuk Best Director (Songyos
Sugmakanan), Thailand National Film Association Award untuk Best Film Editing
(Sasikarn Suwansuthi).
RINGKASAN
FILM : Film ini
secara umum bercerita tentang Top Ittipat, seorang remaja pecandu game online
yang secara tidak sengaja menghasilkan uang dalam jumlah besar dengan menjual
item dalam permainannya. Hal ini memicu keinginannya untuk dapat memiliki
bisnis sendiri meski akhirnya menelantarkan sekolahnya. Keinginannya untuk
memiliki usaha sendiri semakin kuat dari hari ke hari, namun seiring dengan itu
semakin banyak pula tantangan yang harus ia hadapi. Film ini terinsipirasi dari
kisah hidup seorang taipan muda bernama Aitthipat Kulapongvanich yang berhasil
mendirikan Tao Kae Noi, manufaktur cemilan rumput laut asal Thailand yang
terkenal di seantero negeri.
DISKUSI
FILM
Mario Maurer dan film First Love sepertinya
membuka jalan untuk film Thailand lain untuk dapat meramaikan kancah film
internasional, paling tidak sepertinya itulah yang terjadi di Indonesia.
Setelah booming-nya film ini, maka semakin banyak film Thailand tayang di
Indonesia. Tidak mau kalah dengan film Hollywood, Korea, dan Bollywood, Film
Thailand juga menampilkan berbagai genre yang dapat kita nikmati.
Salah satu film yang akan saya bahas
kali ini, menceritakan tentang kesuksesan seorang pemuda Thailand dalam
memiliki bisnisnya sendiri. Anda tahu Tao Kae Noi? Cemilan rumput laut asal
Thailand yang harganya ga bisa dibilang murah?. Cemilan ini terlihat hampir di
seluruh mini market dan supermarket di Indonesia. Tao Kae Noi dimiliki oleh
Aitthipat Kulapongvanich, yang kisah hidupnya diangkat dalam film ini. Tentu
bukan perkara mudah baginya untuk bisa berada di posisinya saat ini. Tidak
hanya cerita kesuksesannya saja yang ia bagi, namun juga jatuh bangunnya dalam
membangun bisnis tersebut dan bagaimana ia dapat mengatasi tantangan yang menghadangnya.
Dari film ini kita tidak hanya bisa
mengambil pelajaran-pelajaran dalam membangun sebuah usaha, namun juga pelajaran dalam hidup. Semoga film
ini tidak hanya dapat menghibur, namun juga memberi motivasi dan menginspirasi untuk
dapat mencapai keinginan. Banyak nilai yang saya temukan dalam film ini,
seperti kejujuran, religiusitas, arti keluarga dan masih banyak lagi. Sosok Top
mengajarkan saya untuk persisten, kerja keras, tidak berhenti belajar, pantang
menyerah namun tahu kapan untuk berhenti. Top tidak suka belajar formal seperti
di sekolah atau perguruan tinggi, ia tidak punya ilmu dan teori bisnis yang
didapatnya secara formal. Meskipun begitu, ia adalah seorang yang senang
melakukan observasi, ia memikirkan strategi bisnis, ia melakukan learning by doing, ia juga tidak segan
bertanya dan tidak malu belajar dari orang lain. Ia tetap jalan terus meski orang-orang di
sekitarnya memintanya untuk berhenti dan berkuliah seperti orang kebanyakan. Ia
memperjuangkan passion yang ia miliki
dan tetap berjuang hingga akhir. Di usianya yang masih belia ia memiliki
keberanian untuk memperjuangkan apa yang ia inginkan, tidak banyak yang bisa
begitu. “…Jangan patah semangat dengan apapun yang terjadi, jika kita menyerah
habislah sudah…” itulah pesan penutup dari Aitthipat Kulapongvanich di akhir
film.
Spoiler Alert!
(1
baht = Rp. 464)
Film ini diawali dengan Top datang ke
bank untuk meminjam uang sebesar 10 juta baht, dan kemudian alur berjalan
mundur menceritakan perjalanan Top selama ini. Semua berawal dari hobinya
bermain game online. Suatu hari ia secara tidak sengaja menghasilkan uang
dengan menjual item dalam permainannya. Semakin hari semakin banyak item yang
ia jual, semakin banyak pula uang yang ia hasilkan. Hal ini membuatnya sedikit
lupa diri. Ia jadi paham bahwa dengan permainannya ini ia bisa menghasilkan
uang, bahkan tanpa sekolah dengan rajin. Ia bahkan membeli mobil seharga
699.990 baht dengan uangnya tersebut. Top menganggap semua mudah bila ada uang,
ia bahkan menyuap penjaga untuk dapat parkir di tempat parkir khusus kepala
sekolah dan melakukan tawar menawar dengan kepala sekolah.
Top memiliki seorang kekasih bernama
Lin, ia mengajak Lin untuk makan makanan favoritnya di pinggir jalan dengan
mengendarai mobilnya. Top tidak memedulikan aturan lalu lintas dan memarkirkan
mobilnya di pinggir jalan, di tempat yang tidak seharusnya. Hal ini
mengakibatkan kemacetan dan membuat kekasihnya dicaci maki orang. Ia bahkan
menyetir mobil seenaknya tanpa memedulikan aturan lalu lintas.
Tidak hanya membeli mobil, Top juga
menghamburkan uangnya untuk membeli beberapa komputer baru. Hal ini menjadi
pertanyaan bagi orangtuanya, darimana Top mendapatkan uang sebanyak itu. Kedua
orang tuanya tidak setuju dengan bagaimana Top menghasilkan uang dan meminta
Top untuk fokus saja dengan sekolahnya. Top tidak menghiraukan nasihat orang
tuanya dan tetap bermain game. Ia bahkan tidak peduli ketika ia mengetahui
bahwa ia gagal tes masuk perguruan tinggi negeri.
Suatu hari ketika ia ingin membeli
konsol game baru, ia ditawari DVD oleh penjualnya. Menurut penjual itu, DVD
tersebut amat canggih dan gambarnya tajam dengan harga murah (800 baht). Tawar
menawar pun terjadi, dan Top membeli konsol game dengan DVD sebagai bonusnya
Sesampainya di rumah, Top ditanyai
ibunya apakah ia lolos tes masuk perguruan tinggi dan ia menjawab masuk, walau
hanya di perguruan tinggi swasta. Orangtuanya tidak senang akan hal ini karena
berkuliah di perguruan tinggi swasta itu mahal. Top bersikeras bahwa ia mampu
membiayai kuliahnya sendiri, meski tetap tidak disetujui orangtuanya.
Ketika akan menjual item permainan
online-nya ternyata akunnya dihapus karena telah melakukan kegiatan
penyalahgunaan komersil. Dengan sisa uangnya, Top pun akhirnya bertekad
berbisnis dengan membeli DVD murah. Top membeli 50 unit DVD dengan harga satuan
500 baht. Pada akhirnya, bisnis itupun gagal karena Top ditipu oleh penjual DVD
itu. DVD mudah rusak dan orang tuanya pun marah besar. DVD itu tidak memiliki
garansi sehingga Top pun merugi.
Ayahnya akan membiayai kuliahnya
dimanapun Top mau, namun Top menolak. Ia tidak mau seperti karyawan ayahnya.
Top-pun akhirnya berkuliah, namun ia menjalaninya dengan malas-malasan. Padahal
ia mencuri jimat ayahnya dan menjualnya untuk dapat berkuliah. Ia menjual jimat
itu sebesar 100 ribu baht padahal sebenarnya harga jual jimat itu bisa mencapai
3 juta baht. Top sering bolos kuliah dan menitipkan recorder untuk merekam
kuliah dosennya kepada temannya. Ia tetap ingin memiliki bisnis sendiri. Ia
terus memikirkan bisnis apa yang cocok untuk digelutinya. Sampai suatu hari ia
datang ke sebuah ekspo makanan dan memutuskan untuk membeli mesin pemasak
chestnut.
Tentu saja hal ini ditentang oleh
ayahnya, namun melihat keinginan Top yang kuat untuk berbisnis, ibunya
mendukung dan mendoakan Top. Suatu malam Top bermimpi bertemu dewi Kwan Im. Hal
ini membuatnya percaya diri. Top amat tekun, ia belajar bagaimana memilih
chestnut yang baik, resep chestnut yang enak, dan bagaimana memasaknya. Ia
terus mencoba hingga dapat memasak chestnut yang benar-benar enak. Top
memutuskan untuk menjual chestnut di mall dibantu oleh pamannya, namun ia
mengalami kesulitan. Top tak putus asa, ketika menemani kekasihnya belanja di
pasar, ia memperhatikan para penjual di sekitarnya dan mencatat poin-poin
penting. Ia menemukan bahwa lokasi penjualan itu penting. Sejak itu, ia
memindahkan gerobaknya ke pintu depan dimana lebih ramai pengunjung. Setelah
ramai pengunjung, Top menemui hambatan lain. Asap pemasakan chestnut ternyata
membuat atap mall menghitam. Top diminta untuk membersihkannya dalam waktu
tertentu, kalau tidak dia harus berhenti berjualan. Karena dilarang
membersihkan pada jam operasional, Top membersihkannya di malam hari setelah
mall tutup. Dengan ditemani ibunya ia berusaha untuk membersihkan noda itu.
Sayang, waktu habis sebelum Top menyelesaikan tugasnya. Ia berusaha menyuap
petugas mall namun petugas mall menolak dan meminta ibu Top mengajarinya kejujuran dan tanggung
jawab. Top merasa malu dan marah dengan dirinya sendiri yang tak mampu
menyelesaikan tugas. Di sinilah ibu Top memberi tahu bahwa kedua orangtuanya
memutuskan mereka akan pindah ke China. Top tidak teruma dan memutuskan untuk
tetap tinggal di Thailand. Ia bertekad untuk dapat memulangkan kembali
orangtuanya ke Thailand dengan bersikeras memiliki bisnis di Thailand.
Top memutuskan untuk tidak berkuliah
lagi. Ia fokus untuk mengembangkan bisnisnya. Namun, pukulan telak diterima
olehnya. Ia tidak diperbolehkan lagi berjualan chestnut di mall, kontraknya
dibatalkan, tempat itu sudah diberikan kepada orang lain. Selain itu, Top
menemukan bahwa rumahnya telah disita oleh bank. Hal ini membuat Top frustrasi,
ia pun menangis ketika bertemu kekasihnya. Ia kemudian memasrahkan diri, ia
setuju dengan keinginan kekasihnya untuk kembali berkuliah.
Di tengah jalan, sang pacar
mengeluarkan cemilan rumput laut yang dibelinya di Provinsi Rayong. Top pun
bertanya apakah cemilan itu tidak ada di Bangkok sehingga Lin harus membelinya
di sana. Ia pun kemudian terpikir sebuah peluang bisnis, yaitu cemilan rumput
laut.
Top kembali bangkit dan memutuskan
untuk mengolah rumput laut menjadi cemilan yang dapat ia pasarkan. Ia membeli
bahan dasar dan belajar menggorengnya. Ia mengalami banyak kendala seperti
kegagalan rasa, cepat basi, dan tekstur yang tidak renyah. Untuk mengatasi
rumput laut yang cepat basi, ia datang ke fakultas ilmu dan teknologi pangan
untuk bertanya pada dekan. Setelah menceritakan kisah hidupnya kepada sang
dekan, dekan tersebut terharu dan memberitahukan cara pengemasan yang benar. Rintangan
tidak hanya berhenti di situ, bahan dasarnya habis sehingga ia harus menjual
perangkat komputernya, bahan dasarnya juga kebasahan akibat rumah bocor saat
hujan deras. Pamannya juga terpeleset mengakibatkan ia harus dirawat di rumah
sakit. Dalam kesendiriannya itu, Top berhasil membuat cemilan rumput lautnya
enak dan renyah. Cemilan itu diberi nama “Tao Kae Noi” yang berarti “bos kecil”
Cemilan itu pun laris dijual di mall, namun ternyata itu tidak cukup untuk
melunasi hutang ayahnya senilai 40 juta baht.
Di setiap kejatuhannya, Top tidak
pernah menyerah. Ia justru semakin semangat dan berjuang habis-habisan. Suatu
hari ia ingin mendengarkan perkuliahan yang direkam oleh temannya namun
kehabisan baterai. Ia pun pergi ke 7/11 untuk membelinya. Tak disangka ia malah
menemukan ide pemasaran untuk produknya tersebut yaitu bermitra dengan 7/11.
Saat bertemu dengan petinggi dari 7/11 pun ia mengalami kendala. Kemasan
produknya terlalu besar, harganya pun terlalu mahal sehingga tidak sesuai
dengan persyaratan 7/11. Top tidak menyerah dan memperbaiki kemasannya. Top pun
kembali ke kantor 7/11 untuk bertemu dengan petinggi itu namun sayang karena sibuk,
sang petinggi tidak berhasil ditemui. Top hampir putus asa dan menelfon ibunya
untuk menyusul ke China, Ternyata keberuntungan masih berpihak pada Top,
petinggi itu tidak sengaja menemukan produk Top dan memanggilnya untuk tanda
tangan kontrak. Namun, sebelum itu ia harus mengirimkan produk ke lebih dari 6
ribu cabang 7/11 sebanyak 72 ribu kemasan, memenuhi syarat GMP pabrik dan bila
GMP disetujui maka dalam waktu 2 bulan ia dapat mengirimkan produk tersebut.
Untuk alasan itulah ia meminjam uang
di bank, namun sayang karena belum cukup umur maka proposalnya ditolak. Ia
kembali frustrasi, namun hal ini tidak membuatnya putus asa, ia membuka ruko
ayahnya yang disegel oleh bank untuk dijadikan pabrik. Ia menggaet pihak ketiga
untuk perbaikan dan pembangunan kembali serta perekrutan karyawan dengan
pembayaran 50 % uang di muka. Pihak 7/11 akhirnya datang untuk inspeksi GMP dan
menemukan beberapa hal yang masih belum sesuai. Top pun bekerja keras untuk
memperbaiki kualitas pabrik dan produknya dan pihak 7/11 tetap memberikan
kesempatan pada akhirnya. Top berhasil memenuhi syarat untuk mengirimkan produk
meskipun kurang tidur dan terlambat. Untunglah ia diberi kesempatan oleh
pengawas distribusi. Hal ini membuat Top amat bahagia dan ia menelfon ayahnya,
meminta mereka untuk kembali ke Thailand.
Film ini diakhiri dengan catatan
kesuksesan Top dalam memperluas usahanya dan menjadi pengusaha muda yang
sukses.
Gimana? masih kurang? Berikut ini
adalah cerita unik di balik layar Film The Billionaire yang dirangkum dalam
sebuah video.
Comments
Post a Comment